Sehinggamempersiapkan lulusan sesuai standar kualifikasi calon peserta magang perawat lansia ke Jepang," imbuhnya. Ditambahkan, empat peserta magang akan ditempatkan di rumah sakit lansia di Prefectur Fukuoka sebagai perawat lansia. Ke depan terdapat program baru diantarannya all in one yakni program untuk siswa yang magang kerja di
Sebelumnya UMM sudah melakukan program magang serupa. Friday, 9 Rabiul Awwal 1443 / 15 October 2021
Atasdasar itu PW Persatuan Guru Nahdlatul Ulama/Pergunu DKI Jakarta membuka program magang ke Jepang atau Goes to Japan yang berlatar belakang pendidikan Kebidanan serta Keperawatan. Program Magang Perawat dan Bidan ke Jepang diperkuat dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MOU) antara Ketua PW Pergunu DKI Jakarta, Direktur Utama DGII dan Direktur Akademi Kebidanan ar Rahmah Bandung yang disaksikan beberapa dosen, orangtua mahasiswa, dan Perwakilan PC Pergunu se-DKI Jakarta di
Sebelumnya UMM sudah melakukan program magang serupa. Friday, 26 Syawwal 1443 / 27 May 2022
5B1H. Deputi Direktur HRWG, Daniel Awigra, menyatakan praktik perekrutan yang tidak adil, penarikan biaya tinggi, dan eksploitasi pekerja, marak ditemukan. Ini terjadi khususnya dalam perekrutan dan penempatan swasta-ke-swasta. "Praktik ini terjadi saat perekrutan, pelatihan, persiapan dan pemberangkatan yang dilakukan umumnya oleh aktor swasta yang memiliki izin dari pemerintah,” ujarnya dalam peluncuran buku “Shifting the Paradigm of Indonesia-Japan Labour Migration Cooperation” yang menangkap berbagai pelanggaran, Rabu 20/5 siang. Dia mencontohkan, banyak calon pemagang diminta mengeluarkan uang antara Rp30-80 juta untuk persyaratan abal-abal. Karena itu, sebelum mereka berangkat, pekerja sudah terlilit hutang. Tenaga kerja Indonesia TKI saat tiba di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis 9 April 2020. Foto VOA/Anugrah Andriansyah "Sementara, dugaan praktik korup untuk mendapat kursi pemagang di Jepang dalam skema magang government-to-government juga menguat,” tambahnya. Pendamping pekerja Indonesia di Jepang, Saeki Natsuko, mengatakan para pekerja TITP tidak mendapatkan posisi yang sesuai keahlian. "Kenyataannya peserta program magang hanya dijadikan pekerja kasar untuk mengisi kekurangan tenaga kerja di perusahaan kecil yang tidak sanggup merekrut atau membayar gaji orang Jepang,” jelasnya dalam kesempatan yang sama. Profesor di Nagoya Gakuin University ini mengatakan, kondisi yang sama juga dialami perawat dan perawat lansia di bawah Economic Partnership Program EPA. "Perawat ini belum punya sertifikasi di Jepang. Jadi yang dibilang sebagai calon atau kandidat. Jadi terpaksa kerja sebagai pembantu perawat. Terus terang, kerjanya bisa dikatakan kerja kotor,” tambahnya. Informasi Tidak Jelas Salah satu alumni program TITP di sektor perikanan, Andi bukan nama sebenarnya, mengatakan banyak ketidakjelasan informasi dalam program tersebut. Dia menceritakan, ketika ikut perekrutan dia tidak mengeluarkan biaya apapun, namun ketika bekerja gajinya dipotong tanpa pemberitahuan. "Di laut itu gaji kok kecil banget? Setelah saya ke sini-sini, oh tahu ternyata memang agen di Jepang dan di Indonesia, dengan iming-iming biaya gratis itu ternyata gaji kita dipotong selama tiga tahun. Dan pemotongannya itu tidak wajar,” kisah laki-laki yang berangkat tahun 2005 dan kini telah kembali ke Indonesia ini. Andi bahkan menyatakan terbiasa mengalami kekerasan dan bekerja hingga 20 jam sehari. Hal serupa dinyatakan Tara bukan nama sebenarnya, yang bergabung dalam angkatan pertama perawat EPA pada 2007. Dia mengatakan, ia tidak pernah diberitahu bahwa gajinya akan dipotong untuk membayar asuransi. Turis berjalan di kawasan Danau Kawaguchi, dekat Gunung Fuji, Jepang, November 2019. Foto VOA/Rio Tuasikal "Itu kan sebenarnya bukan penipuan. Tetapi tidak ada konfirmasi atau informasi dari awal bahwa itu akan dipotong. Ketidakjelasan informasi itu sangat berisiko buat kita yang menjalaninya,” jelas Tara. TITP dibentuk pada 1993 untuk menyalurkan keterampilan dari Jepang ke negara-negara berkembang. Sementara EPA disepakati pemerintah Indonesia dan Jepang pada 2007 untuk mendorong sumber daya manusia. Dalam perjalanannya, pada 2014, Komite Hak Asasi Dunia PBB merekomendasikan dengan kuat supaya Jepang mengganti skema sekarang yang merekrut tenaga kerja murah, menjadi peningkatan kapasitas. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang yang dirilis Januari 2020, ada buruh Indonesia di Jepang dan di antaranya di bawah TITP. Menteri Tenaga Kerja Indonesia Ida Fauziyah pada akhir 2019 menyatakan kedua negara sepakat mengirim 5000 pekerja lagi ke Jepang. Hukum Tidak Sinkron Pelanggaran ketenagakerjaan ini sayangnya tidak mendapat perlindungan hukum yang jelas, ujar Saeki. "Khusus untuk program magang ini, tahun pertama sejak awal diberlakukan sebagai pekerja, diterapkan UU Pokok Perburuhan. Sedangkan kalau di Indonesia bukan, definisinya bukan seperti itu. Jadi memang tidak sinkron antara UU di Jepang dan UU di Indonesia,” tambahnya. Senada dengan hal itu, aktivis Serikat Buruh Migran Indonesia SBMI Ridwan Wahyudi, mengatakan, meski pemerintah Jepang menganggap mereka sebagai pekerja, pemerintah Indonesia melihat mereka sebagai peserta magang. "Ini yang harus clear, karena ini konsekuensinya kepada upah, jaminan sosial, dan hak-hak ketenaga kerja lain yang melekat. Jelas ada perbedaan antara magang dan pekerja, dengan hak-haknya,” tambahnya. Turis mengambil gambar di tepi Shibuya Sky, Senin, 20 Januari 2020, di Tokyo. Foto AP Direktur Penempatan Tenaga kerja Luar Negeri Kementerian Ketenagakerjaan, Eva Trisiana, mengatakan program-program tersebut akan tetap berjalan. Dia mengatakan, meski kajian HRWG mengungkap fakta di lapangan, tetap tidak bisa digeneralisasi. "Dari masukan-masukan ini kami akan berupaya melakukan pembenahan ke depan. Permasalahan ini bukan hal yang mudah, kita perlu juga berkoordinasi,” ujarnya. Ditambahkannya, pemerintah tengah memperbaiki program tersebut. Salah satunya yaitu bernegosiasi dengan Jepang untuk mendatangkan 10 ahli ke Indonesia untuk membantu penyusunan kurikulum. Pemerintah juga akan memastikan tidak ada biaya berlebih yang dikeluarkan calon pekerja. [rt/em]
PENDAFTARAN CAREGIVER JEPANG 2022 介護福祉士 Sehubungan dengan pelaksanaan penempatan Kandidat Caregiver ke Jepang dalam kerangka Indonesia Japan Economic Partnership Agreement IJEPA, dibutuhkan banyak kandidat Caregiver/ Perawat Panti Lansia. —————– PENDAFTARAN SETIAP HARI JAM ————— PERSYARATAN Perempuan / laki2, usia 18 s/d 30 tahun Tinggi badan Lk 160cm/ Pr 150cm, berat badan proporsional. Pendidikan SMK/ D3/ S-1 Semua jurusan Kesehatan / disukai jur. Keperawatan; Sehat Jasmani & Rohani dibuktikan dengan Pra Medical Check Up Melampirkan Dokumen Fotocopy Ijasah dan transkrip SD s/d terakhir. Bersedia belajar Bahasa Jepang sampai N-4 Persyaratan Dokumen, sbb Foto copy KTP/ Paspor jika ada yang masih berlaku; Foto copy Akte Kelahiran atau Surat Kenal Lahir; Foto copy Kartu Pencari Kerja/AK1 Asli Surat Ijin dari Orang Tua/Wali/Suami/Isteri ada format di LPK Asli Surat Keterangan Catatan Kepolisian SKCK yang masih berlaku; Pas Foto berwarna terbaru background putih, berjas & dasi uk. 4×6 cm soft copy/ CD Tidak pernah bertato dan tidak pernah bertindik bagi laki2; Dan sertifikat keterampilan lainnya BCLS, BTLS, atau PPGD jika ada Related Images Post navigation
About Indowarta menjadi portal berita dengan berbagai cakupan isu terlengkap. Ada banyak informasi yang terjadi selama 24 jam penuh, dari berbagai belahan dunia, dan menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat dunia. Jika mencari informasi paling actual, terkini, dan terpercaya maka pilihannya hanya ada di Indowarta. Tidak usah diragukan lagi dengan kualitas yang diberikan.
Tingginya populasi lansia di Jepang menimbulkan kebutuhan akan perawat lansia yang tinggi pula. Untuk itulah pemerintah Jepang membuka beasiswa perawat ke Jepang untuk pelajar-pelajar di luar Jepang. Hal ini karena supply dari dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Selain karena kurangnya jumlah tenaga kerja untuk bidang caretaker lansia, populasi tenaga kerja usia muda juga minim di Jepang. Itulah mengapa program beasiswa perawat ke Jepang dibuka. Nah, bagaimana tahapan agar pelajar atau mahasiswa perawat bisa melanjutkan kuliah keperawatan di Jepang? Simak penjelasannya dalam artikel ini. Daftar Isi Program Pengiriman Perawat ke Jepang Beasiswa Perawat ke Jepang untuk Lulusan Perawat Syarat Mendapatkan Beasiswa Perawat di Jepang Indikator Keberhasilan Program Beasiswa Program Pengiriman Perawat ke Jepang Umumnya, program beasiswa ini adalah hasil kerjasama antara NPO Jepang, pihak swasta di Jepang dan juga pemerintah negara asal mahasiswa. Selain itu, program beasiswa perawat ke Jepang juga bisa dihasilkan dari kerjasama antara universitas dengan pihak yang ditunjuk oleh pemerintah Jepang. Di Jepang, perawat lansia banyak yang berasal dari luar Jepang seperti China, Indonesia, Filipina dan juga beberapa negara lainnya. Hal ini karena jumlah perawat lansia di Jepang tidak sebanding dengan jumlah lansia yang harus dirawat. Untuk itu, program beasiswa ke Jepang menjadi cara negara Jepang memenuhi kebutuhannya. Pengiriman perawat ke Jepang dijembatani oleh perusahaan penyedia tenaga kerja, lembaga sertifikasi perawat dan juga kementerian tenaga kerja. Indonesia sendiri telah beberapa kali mengirimkan calon perawat untuk magang ataupun bekerja di Jepang melalui program beasiswa keperawatan. Lulusan akademi keperawatan, kebidanan, fisioterapi dan juga SMK kesehatan bisa mengikuti program ini. Tetapi tentu saja mereka harus mengikuti pelatihan di negara asal terlebih dahulu agar bisa memenuhi standar keperawatan yang ada di Jepang. Dengan banyaknya populasi manula dan terbatasnya tenaga perawat, tentu ini membuka peluang kerja yang besar di Jepang untuk orang-orang dari luar Jepang. Kisaran gaji yang nantinya diterima juga cukup tinggi jika dibandingkan dengan gaji di negara asal. Sebagai contoh, perawat bersertifikat bisa mengantongi 21-30 juta sebulan. Besarnya peluang kerja sebagai perawat di Jepang ini memang sejalan dengan kebijakan pemerintah Jepang dalam mengimpor tenaga kerja. Banyak tenaga kerja lokal usia muda di Jepang yang tidak tertarik menjadi perawat. Kerja sama Jepang dengan negara lain contohnya Indonesia dalam memenuhi kuota perawat ini sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Artikel Pilihan Beasiswa Perawat ke Jepang untuk Lulusan Perawat Program beasiswa ini berlaku bagi mahasiswa keperawatan yang ingin meneruskan bekerja atau magang sebagai perawat lansia di Jepang. Selain itu, ada juga program beasiswa bagi lulusan perawat melanjutkan kuliah keperawatan di Jepang. Jenis beasiswa keperawatan ini ada yang beasiswa penuh, namun ada juga yang hanya sebagian. Contohnya adalah beasiswa dari Hotsuma International Gifu School pada sekitar tahun 2018 lalu. Nominal biaya meneruskan kuliah keperawatan akan dipotong, dimana potongan ini nanti harus dicicil kembali oleh mahasiswa setelah mendapatkan upah bekerja paruh waktu di panti jompo. Nantinya, lulusan perawat yang meneruskan kuliah di Jepang ini berpotensi bekerja di Jepang sebagai perawat dan juga caretaker lansia. Sebelum bekerja, akan ada program magang terlebih dahulu guna memperdalam pengetahuan mengenai cara kerja, budaya Jepang, serta budaya kerja di Jepang itu sendiri. Syarat Mendapatkan Beasiswa Perawat di Jepang Agar mahasiswa keperawatan bisa melanjutkan kuliah ke Jepang melalui program beasiswa perawat, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Berikut ini penjelasan seputar persyaratan beasiswa perawat ke Jepang 1. Syarat Usia Calon peserta beasiswa keperawatan di Jepang adalah 18-28 tahun. Dengan adanya batasan usia ini, maka calon peserta bisa mempersiapkan diri. Bagi yang ingin langsung mengikuti beasiswa ini setelah lulus SMK, maka usia haruslah 18 tahun. Namun bagi lulusan perawat, pastikan usia tidak lebih dari 28 tahun. 2. Syarat Jenjang Pendidikan Terakhir Syarat jenjang pendidikan untuk mengikuti program beasiswa perawat ke Jepang cukup fleksibel. Lulusan SMK kesehatan, D3 perawat, dan S1 keperawatan atau Kebidanan bisa mengikuti program ini. Untuk jurusan di luar jurusan keperawatan atau kebidanan, bisa mengikuti program beasiswa yang lain. 3. Kemampuan Berbahasa Jepang Sebelum berangkat ke Jepang untuk mengikuti program beasiswa, maka calon perawat haruslah bisa berbahasa Jepang. Untuk itu, disarankan mengikuti kursus bahasa Jepang terlebih dahulu minimal 5 bulan. Biasanya, di tempat pelatihan sebelum berangkat ke Jepang juga akan diberikan pelajaran bahasa Jepang. 4. Maksimal Jarak dengan Pendidikan Terakhir Untuk lulusan perawat yang ingin mengikuti program beasiswa ini harus memperhatikan tahun kelulusannya. Jarak dari waktu lulus ke waktu pendaftaran beasiswa adalah maksimal 5 tahun. Jadi, tidak semua lulusan perawat bisa mendaftar apalagi yang sudah melewati batas maksimal ini. 5. Syarat Status Pernikahan Pernikahan juga menjadi salah satu poin persyaratan program beasiswa ini. Calon penerima beasiswa tidak boleh terikat dalam pernikahan atau harus berstatus single. Penerima beasiswa bisa melakukan pernikahan ketika proses perkuliahan selesai atau lulus. Nantinya, keluarga juga bisa diajak tinggal di Jepang. 6. Syarat Kemauan Kerja Penerima beasiswa haruslah orang-orang yang memiliki kemauan kuat untuk belajar dan bekerja di Jepang. Seperti diketahui bahwa merawat lansia tentu berbeda dengan merawat orang usia muda. Untuk itu, diperlukan orang-orang dengan etos kerja tinggi, sikap ramah, dan mau menerima pelajaran-pelajaran baru. Indikator Keberhasilan Program Beasiswa Rupanya, gaji yang tinggi saja tidak serta merta menjadikan program beasiswa perawat ke Jepang ini sukses. Ada indikator lain yang ternyata menjadi indikator utama keberhasilan program yaitu kesehatan mental para perawat. Perbedaan budaya, bahasa, dan masalah sosio kultural lainnya kerap menjadi masalah bagi para perawat asing di Jepang. Menurut studi yang dilakukan pada tahun 2012, kesehatan mental para perawat mulai menurun saat mereka masuk ke dunia kerja. Sebagai orang asing atau gaijin, perawat dari luar Jepang kerap mendapat diskriminasi dan harus terus menjaga citra baik. Ini memicu mereka bekerja terlalu keras dan kerap tertekan. Belum lagi perasaan kesepian karena minimnya teman. Sulitnya menjalin persahabatan dengan rekan kerja lokal bisa disebabkan karena kendala bahasa, perbedaan budaya, serta terbatasnya akses. Selain itu, kesenjangan gaji juga kerap menjadi isu. Walaupun tergolong tinggi, namun jika dibandingkan dengan perawat lokal, gaji perawat asing tetap lebih rendah. Oleh karena itu, pemerintah negara yang mengirimkan perawat harus terus memonitor kesehatan mental para perawat. Indonesia, sebagai salah satu negara pemasok perawat mengedepankan kesejahteraan psikologis sebagai indikator keberhasilan program. Indikator ini kemudian digunakan untuk mengukur benefit yang nantinya diterima dari adanya program beasiswa ini. Kesimpulannya, peluang kerja untuk menjadi perawat di Jepang melalui jalur beasiswa sangat besar. Pemerintah Jepang membuka program beasiswa perawat ke Jepang karena negara itu memang membutuhkan tenaga kerja bidang perawat. Jika berminat, gali dan kumpulkan dulu informasi sebanyak-banyaknya tentang program beasiswa ini. Baca juga Kerja Sebagai Perawat di Jepang Dengan Gaji Puluhan Juta Rupiah? Begini Caranya!
PROGRAM GINOU JISSHUUSEI BIDANG PERAWAT LANSIA CARE GIVER Ginou Jisshuusei adalah program magang teknis sesuai bidang keahlian ke Jepang. Program magang teknis ini diadakan dengan tujuan untuk orang-orang yang ingin mendapatkan pengetahuan keterampilan di Jepang lalu turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi negara setelah kembali ke negaranya sendiri dengan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang telah dipelajari. Saat ini Fuji Academy Bali membuka program Ginou Jisshuusei bidang perawat lansia atau dalam bahasa Jepang disebut kaigo. Selama di Jepang para pekerja magang dibimbing dan diawasi oleh pekerja yang lebih berpengalaman atau senior. Profesi perawat lansia kaigo bertugas untuk mendampingi, memberi perhatian, merawat dan membantu kebutuhan dasar pasien lanjut usia di luar kebutuhan medis. Seiring dengan terus bertambahnya jumlah lansia di Jepang, dibutuhkan pula lebih banyak lagi tenaga perawat lansia kaigo yang bekerja di Jepang. Oleh sebab itu pemerintah Jepang membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi tenaga kerja asing untuk bekerja magang di Jepang sebagai perawat lansia kaigo. Bekerja di Jepang sebagai perawat lansia kaigo merupakan peluang yang sangat baik karena selain memiliki lingkungan kerja yang kondusif juga memiliki standar upah yang cukup tinggi. Kami memiliki perusahaan induk di Jepang yang berlokasi di wilayah Hiroshima, serta kami juga memiliki 40 rumah sakit rawat lansia. Selain itu kami juga bekerjasama dengan banyak perusahaan penyedia layanan rawat lansia di Jepang. Oleh sebab itu kami membuka sangat banyak peluang bagi kalian yang ingin bekerja dan mendapatkan penghasilan besar. Syarat pendaftaran program ginou jisshusei Pria dan wanita usia 18 – 30 tahun Tinggi badan minimal 150 cm Fotocopy KTP Fotocopy Akta Lahir Fotocopy Kartu Keluarga Fotocopy Ijazah SD – pendidikan terakhir Foto full body ukuran 3R latar putih 4 lembar Foto 3×4 latar putih 8 lembar Foto 5×5 latar putih 4 lembar Foto 2×3 latar putih 4 lembar Lulusan SMK, D1, D3, S1 keperawatan atau kebidanan Lulusan SMA/SMK, D1, D3, S1 umum Sertifikat kemampuan bahasa Jepang minimal N4 jika ada Proses pelatihan Pendaftaran Pelatihan bahasa Jepang 6 bulan Lulus dalam tes kemampuan bahasa Jepang JLPT N4, NAT-Test N4, atau J-Test N4 Interview dengan perusahaan Jepang Pengurusan berkas keberangkatan 3-4 bulan COE Certificate of Eligibility turun Pelatihan pemantapan selama 1 bulan sebelum keberangkatan Pelatihan selama 1 bulan saat tiba di Jepang Magang kerja di Jepang selama 3 tahun dan dapat diperpanjang jika lulus tes
program magang perawat ke jepang